FERMENTASI SUBSTRAT PADAT
Fermentasi substrat padat berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme pada bahan padat dalam ketiadaan atau hampir
ketiadaan air bebas. Tingkat lebih atas dari fermentasi substrat padat
(yaitu sebelum air bebas tampak) merupakan fungsi penyerapan
(absorbancy), dan dengan demikian kadar airnya pada gilirannya
tergantung pada jenis substrat yang digunakan. Aktivitas biologis
menurun bila kandungan air substrat sekitar 12%. Dan semakin mendekati
nilai ini, aktivitas mikrobiologis semakin tertahan. Fermentasi substrat
padat tidak memperhatikan fermentasi slurry (yaitu
cairan dengan kandungan zat padat taklarut yang tinggi) ataupun
fermentasi substrat padat dalam medium cair. Substrat yang paling banyak
digunakan dalam fermentasi substrat padat adalah biji-bijian serealia,
kacang-kacangan, sekam gandum, bahabn yang mengandung linoselulosa
(seperti kayu dan jerami), dan berbagai bahan lain yang berasal dari
tanaman dan hewan. Senyawaan tersebut selalu berupa molekul primer, tak
larut atau sedikit larut dalam air, tetapi murah, mudah diperoleh dan
merupakan sumber hara yang tinggi.
Beberapa contoh fermentasi substrat padat
contoh
|
substrat
|
Mikroorganisme yang terlibat
|
Produksi jamur (eropa dan asia timur)
Fermentasi (dinegara timur)
Kecap
Tempe
oncom
|
Jerami, rabuk
Gandum dan kedele
Kedele
Kedele
|
Agaricus bisporus, lentinus edodes, volvariella volvaceae
Aspergillus oryzae
Rhizopus sp.
Neurospora sitophila
|
Keju
Pencucian logam
Asam-asam organik
|
Dadih susu
Biji mutu rendah
Gula tebu, molasa
|
Penicillim roquefortii
Thiobacillus sp.
Aspergillus niger
|
Enzim-enzim
Pengkomposan
Perlakuan limbah
|
Sekam gandum dan sebagainya
Bahan organic campuran
Komponen limbah
|
Aspergillus niger
Jamur, bacteria, aktinomisetes
Bakteri, jamur dan protozoa
|
Fermentasi
substrat padat telah dipraktekkan selama ratusan tahun di asia timur.
Banyak makanan hasil fermentasi, seperti kecap, miso, tempe dan
senbagainya, mempunyai fase substrat padat lainnya digunakan untuk
menghasilkan berbagai enzim dan bahan kimia seperti asam sitrat.
Dibelahan bumi barat, fermentasi substrat padat dipusatkan pada
pengkomposan limbah tanaman dan hewan, ensiling, penanaman
jamur, dan pembuatan keju. Fermentasi substrat padat tehadap
lignoselulosa bisa menjadi industri besar di masa depan, untuk
menghasilkan biomassa, etanol, metan dan beberapa produk yang bernilai
komersial tinggi. Sebagaian besar produk bioteknologi yang didasarkan
pada mikroba dapat dihasilkan melalui fermentasi substrat padat. Factor
penentu bagi dilaksanakannya fermentasi semacam itu akan begantung pada
nilai ekonomi relatifnya bila dibandingkan dengan proses fermentasi
cair.
Jenis microorganisme yang tumbuh baik dibawah kondisi fermentasi substrat padat ditentukan terutama oleh faktor aktivitas air (aw). nilai aw substrat secara kuantitatif menyatakan banyaknya air yang dibutuhkan bagi aktivitas mikroba.
Jenis mikroba
Fermentasi
substrat padat dapat berlangsung dalam berbagai bentuk yang berbeda
tergantung pada apakah mokroorganisme yang bersifat asli, kultur murni
atau kultur campuran.
Fermentasi yang menggunakan mikroflora asli (indigenous) terutama diarahkan untuk ensilinjg dan pengkomposan. Ensiling ialah suatu proses anaerobic yang melibatkan tanaman pertanian dan dilaksanakan pada suhu 25-30oC selama 1-2 minggu. Lactobacillus bularicus menjadi
organisme dominan yang menghasilkan asam laktat dan selanjutnya
menghambat bakteri putrefaktif yang potensial, dank arena tiak adanya
oksigen, jamur aerobik tidak dapat tumbuh. Tingkat kelmbaban adalah
sangat kritis pada 50-65%, untuk menjamin agar lactobacillus yang
osmotoleran menjadi aktif dan dominan. Sebaliknya, pengkomposan
melibatkan serangkaian mikroorganisme dari bakteri mesofilik, ragi dan
jamur sampai aktinomisetes dan jamur yan temofilik.
Fermentasi
substrat padat dengan menggunakan kultur jamur murni paling baik
diilustrasikan dengan proses koji kuno murni untuk fermentasi
biji-bijian dan kedele dengan jamur Aspergillus oryzae. Substrat yang telah masak di inokulasi dengan kultur murni A. oryzae dan
diletakan pada lapisan tipis dalam baki atau dalam bioreactor putar
yang khusus supaya menghasilkan amilase dan proteaseuntuk memecahkan
bahan polimer di dalam substart. Proses koji merupakan dasar untuk jenis
fermetasi yang lain termasuk produksi enzim komersial, asam organic dan
etanol.
Fermentasi
substrat padat tertentu secara sengaja menggunakan inokulasi kultur
campuran untuk memperoleh pembentukan produk akhir yang optimum. Dengan
demikian jerami dapat dikonversi secara lebih efisien menjadi biomassa
jamur melalui penggunaan kultur camuran chaetomium cellulolyticum dan candida lipolytical daripada setiap jamur itu secara sendiri-sendiri.
Suatu
sifat yang mencirikan berbagai fermentasi substratpadat adalah perlunya
memberi perlakuan awal pada bahan mentah substrat untuk meningkartkan
ketersediaan hara, untuk mengurangi ukuran partikel untuk
mengoptimumkan parameter fisik fermentasi bersangkutan. Desain proses
fermentasi substrat padat lebih jauh dikendalikan oleh perlunya mencapai
ciri pemindahan massa dan panas yang baik, pemindahan massa
interpartikel dan difusi intrapartikel merupakan dua tahap utama
pemindahan massa yang membatasi fermentasi substrat padat.
Pemindahan massa interpartikel
Dalam
suatu fermentasi substrat padat, ukuran partikel menentukan banyaknya
ruang dalam massa substrat yang dapat ditempati oleh udara (ruang
kosong). Hampir semua fermentasi melibatkan mikroorganisme aerobk dan
transport oksigen kedalam ruang kosong merupakan parameter kritis yang
mengendalikan perkembangan pertumbuhandan pembentukan produk. Pemindahan
oksigen ke dalam ruang kosong brkaitan erat dengan tingkat kadar air
bahan karena tingkat KA bebas yang tinggi yang ditimbulkan oleh
pembuangan udara keluar menyebabkan ruang kosong yang rendah.
Pemindahan massa intrapartikel
Pemindahan
massa intrapartikel behubungan dengan pemindahan nutrisi dan enzim
dalam substrat fermentasi. Dalam fermentasi substrat padat dengan
menggunakan jamur berfilamen, hifa akan tumbuh diatas permukaan partikel
selain menembus ke dalam massa substrat. Dengan demikian hifa aerobik
membutuhkan difusi oksigen untuk mendukung pertumbuhannya yang
berlanjut. Kinetika difusi oksigen di dalam matriks substrat padat itu
baru sedikit dipahami.
Pemindahan panas
Karena
tingginya konsentrasi substrat persatuan volume, timbulnya panas
mikrobial per satuan volume jauh lebih besar dari pada fermentasi cair.
Selain itu KA yang rendah pada fermentasi tersebut menciptakan kondisi
yang sulit bagi pemindahan panas, sehingga pengendalian suhu lebih sulit
daripada feramentasi cair.
Bioreaktor
Fermentasi
substrat padat dapat diklasifikasikan ke ddalam fermentasi tanpa
adukan, fermentasi dengan adukan kadang-kadang dan fermentasi dengan
adukan terus-menerus. Fermentasi tanpa aerasi mencakup ensiling dan
bebrapa proses pengkomposan.