ENERGI PAKAN PADA TERNAK
PENDAHULUAN
Energi pakan yang dikonsumsi ternak dapat digunakan dalam 3 cara: (1) menyediakan energi untuk aktivitas; (2) dapat dikonversi menjadi panas; dan (3) dapat disimpan sebagai jaringan tubuh.
Kelebihan energi pakan yang dikonsumsi setelah terpenuhi untuk
kebutuhan pertumbuhan normal dan metabolisme biasanya disimpan sebagai
lemak. Kelebihan energi tersebut tidak dapat dibuang (diekskresikan)
oleh tubuh ternak. Energi disimpan di dalam karbohidrat, lemak dan
protein dari bahan makanan. Semua bahan tersebut mengandung karbon (C)
dan hidrogen (H) dalam bentuk yang bisa dioksidasi menjadi
karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang menunjukan energi potensial
untuk ternak. Jumlah panas yang diproduksi ketika pakan dibakar secara
sempurna dengan adanya oksigen dapat diukur dengan alat kalorimeter bom
dan disebut Energi Bruto (EB)
dari pakan. Persentase EB yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak
dan digunakan untuk mendukung proses metabolik tergantung kemampuan
ternak untuk mencerna bahan makanan. Pencernaan mencerminkan proses
fisika dan kimia yang terjadi dalam saluran pencernaan dan menyebabkan
pecahnya senyawa kimia kompleks dalam pakan menjadi molekul lebih kecil
yang dapat diserap dan digunakan oleh ternak. Energi yang diserap
tersebut disebut Energi Dapat Dicerna (EDD).
Pada ternak non-ruminansia, kehilangan energi lebih lanjut terjadi
melalui urin berupa limbah yang mengandung nitrogen dan senyawa lain
yang tidak dioksidasi oleh tubuh ternak serta untuk ternak ruminansia
selain melalui urin, kehilangan energi juga melalui pembentukan gas
methan. EDD dikurangi energi yang hilang melalui urin (non-ruminansia)
atau urin+methan (ruminansia) disebut Energi Metabolis (EM) pakan. Selama metabolisme zat makanan, terjadi kehilangan energi yang disebut Heat Increament. Sisa energi dari pakan yang tersedia bagi ternak untuk digunakan keperluan hidup pokok (maintenance) dan produksi disebut Energi Neto (EN).
ISI
Untuk
menghasilkan performan produksi yang tertinggi, ternak memerlukan
nutrien. Nutrien ini dibutuhkan untuk hidup pokok (maintenance) dan
berbagai produksi (production). Faktor yang harus diperhatikan adalah
jumlah makanan yang diberikan, semakin banyak jumlah makanan yang
dikonsumsi setiap hari, akan semakin memberikan kesempatan untuk
menghasilkan produksi tinggi. Peningkatan produksi yang diperoleh dari
konsumsi makanan yang lebih tinggi biasanya berkaitan dengan peningkatan
efesiensi proses-proses produksi, sehingga proporsi untuk kebutuhan
pokok menurun sedangkan produksi meningkat.
Proses
makan (feeding) adalah aktivitas yang komplek, yang meliputi mencari
makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan
mencerna. Dalam saluran pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap
dan dimetabolismekan. Semua proses ini dapat mempengaruhi konsumsi
makanan dalam jangka pendek (short term basis). Namun demikian perlu
diperhatikan bahwa, pada ternak dewasa kebutuhan pokoknya (berat
tubuhnya) relatif konstan, walaupun makanan tersedia ad libitum.
Dengan demikian konsep jangka pendek-jangka panjang dalam mengontrol
konsumsi harus diperhatikan. Walaupun sistem kontrol ini sama pada
setiap jenis ternak, namun ada perbedaan antar spesies yang tergantung
pada pada struktur dan fungsi saluran pencernaannya.
Aktivitas
makan pada hewan mamalia dan unggas dikontrol oleh pusat di
hipothalamus yang terletak di bagian cerebrum otak. Pada awalnya teori
ini bermula dari dua aktivitas organ pusat. Pertama adalah pusat makan
(lateral hipothalamus) yang menyebabkan ternak memulai aktivitas makan
sampai dibatasi oleh pusat yang kedua yaitu pusat kenyang (vetro medial
hipothalamus) yang menerima signal dari tubuh sebagai hasil dari
konsumsi makanan. Dengan demikian ternak akan terus makan sampai
mendapat signal untuk berhenti dari pusat kenyang. Namun demikian yang
berperan dalam pengaturan makan tidak hanya hipothalamus saja, melainkan
ada bagian lain dari CNS yang berperan.
Teori Khemostatik
Hipotalamus
mengatur berbagai pengeluaran zat makanan dari makanan dalam saluran
pencernaan, penyerapan serta transportasi zat-zat makanan. Berdasarkan
teori khemostatik, peningkatan konsentrasi substansi tertentu memberikan
signal untuk berhenti makan, sebaliknya jika konsentrasi rendah
menyebabkan ternak akan mulai makan. Glukosa merupakan indikator yang
menentukan kenyang atau lapar bagi ternak. Jika konsentrasi glukosa
darah rendah dan disuntik dengan insulin maka ternak akan merasa lapar.
Sebaliknya setelah makan konsentrasi glukosa akan meningkat dan ternak
akan berhenti makan. Mekanisme pengaturan gula darah diilustrasikan pada
Gambar 2.3 berikut.
Reseptor
glukosa diduga terletak di hipothalamus. Hipotalamus dapat memonitor
kadar glukosa baik di pembuluh vena maupun arteri. Penelitian yang lain
menunjukan bahwa receptor tersebut saluran pencernaan dan hati. Sebagai
bukti bahwa jika glukosa disuntikan di usus atau di sistem portal
hepatik menyebabkan menurunan intake pakan yang lebih besar dibandingkan
jika disuntikan di sirkulasi periperal.
Dugaan
lain yang mengatur komunikasi saluran pencernaan dan otak adalah hormon
peptida cholecystokinin. Hormon ini dikeluarkan jika asam amino dan
asam-asam lemak mencapai duodenum, dan ini merupakan kerja hipothalamus.
Teori Thermostatik
Teori
ini berlandasan bahwa ternak akan makan untuk mempertahankan panas dan
akan berhenti makan untuk mencegah hyperthermia. Panas yang diproduksi
dari hasil pencernaan dan metabolisme makanan adalah merupakan signal
dalam pengaturan makan. Thermoreceptor sensitif terhadap perubahan panas
yang terjadi di anterior hipothalamus dan juga di periperal kulit.
Sebagai bukti, pada daerah panas ternak akan mengurangi makannya untuk
menurunkan produksi panasnya.
Sensor Indera
Penginderaan
penglihatan, penciuman, perabaan dan perasa memiliki peran yang penting
dalam menstimulasi selera makan manusia, dan mempengaruhi jumlah
makanan yang dicerna. Pada hewan penginderaan memiliki peran yang lebih
kecil dari pada manusia.
Palatabilitas
adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih dan
dimakan. Pengertian palatabilitas berbeda dengan konsumsi. Palatabilitas
melibatkan indera penciuman, perabaan dan perasa. Pada ternak
peliharaan memperlihatkan prilaku mengendus (sniffing) makanan.
Kebanyakan
hewan memiliki preferensi menyukai makanan tertentu, terutama jika
memiliki kesematan memilih. Contohnya, anak babi muda lebih menyukai
larutan gula dibandingkan air, sementara unggas tidak bisa membedakan
rasa manis, tapi tidak dapat mencerna larutan garam dengan konsentrasi
berlebih.