Twitter

Archive for April 2013


Marapu dan Budaya Masyarakat Sumba
Pulau Sumba sejak dahulu telah dikenal dengan nama Pulau Cendana. Pulau ini disebut demikian karena ia merupakan penghasil kayu cendana terbesar, namun jenis kayu tersebut telah punah karena pembabatan besar-besaran pada masa lampau. Kayu inilah yang menarik perhatian para pedagang Cina, Arab, Portugis, Inggris, dan Belanda untuk datang ke pulau ini. Karena hasil alam ini juga para pendatang memberi julukan kepada pulau Sumba dengan sebutan Sandlewood.
Sumba berasal dari kata Humba atau Hubba yang berarti asli. Penduduk pulau Sumba biasa menyebut pulau mereka dengan nama Tana Humba yang berarti tanah asli, dan mereka menyebut dirinya sebagai Tau Humba atau orang-orang asli. Penduduk pulau Sumba sendiri sebenarnya bukan penduduk asli, tetapi pendatang dari berbagai daerah seperti Sawu, Bima, Ende, Makasar, Bugis, Selayar, Buton, dan yang paling utama dikatakan dalam beberapa cerita, nenek moyang orang Sumba berasal dari Malaka Tana Bara atau dari Semenanjung Malaka.
Menurut letak geografisnya pulau Sumba adalah satu dari beberapa pulau besar yang ada di Nusa Tenggara Timur, yang memiliki empat kabupaten yaitu, Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya. Dua kabupaten yang disebutkan terakhir adalah dua Kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Sumba Barat. Tetapi pemekaran Kabupaten tersebut tidak merubah sistem kebudayaan Sumba yang telah turun-temurun merupakan satu sistem kebudayaan yang tidak terpisahkan. Perubahan struktur pemerintahan yang terjadi di Sumba tidak dapat mengubah struktur kehidupan sosial yang kolektif, atau yang telah ada sebelumnya.
Di tempat yang baru itu, mereka menyebar keseluruh penjuru Sumba dan membuat pemukiman yang disebut Paraingu atau kampung. Setiap paraingu mempunyai seorang kepala paraingu atau kepala kampung (Raja) yang bertugas sebagai pemimpin dan yang mengkoordinir segala kegiatan di dalam paraingu tersebut. Paraingu didirikan diatas bukit dan dikelilingi oleh pagar batu yang tinggi dan tanaman berduri. Hal ini dimaksudkan agar melindungi diri dari serangan musuh yang terjadi (perang antar-paraingu). Pada umumnya paraingu terdiri dari beberapa rumah, yang mempunyai sebuah Uma Bokulu atau Uma Bakul (rumah besar). Di dalam paraingu inilah orang Sumba menetap dan melakukan kegiatan sosial, ekonomi, politik, keagamaan dan kebudayaan. Sedangkan Uma Bakul merupakan tempat persekutuan, tempat pertemuan, dan tempat mengadakan ritual-ritual keagamaan.
Pada jaman dulu orang Sumba sering melaksanakan ritual-ritual keagamaan yang disebut Hamayang (ritual doa, sembahyang). Ritual-ritual tersebut ditujukan kepada roh-roh nenek moyang, karena orang Sumba percaya bahwa roh-roh nenek moyang tersebut adalah pemelihara orang-orang yang masih hidup di dunia. Kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang bagi orang Sumba disebut Marapu. Pada jaman dulu, bahkan setelah penjajahan Belanda dan Jepang orang mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Marapu. Sehingga seluruh bidang kehidupan orang Sumba dikaitkan dengan Marapu.
Marapu Sebagai Sistem Kepercayaan
Marapu berasal dari dua kata yaitu ma berarti ‘Yang’ dan rapu artinya ‘dihormati’, ‘disembah’, dan ‘didewakan’. Ada juga mengatakan Marapu terdiri dari kata mera artinya ‘serupa’ dan appu artinya ‘nenek moyang’. Sehingga banyak yang mengartikan Marapu adalah roh-roh leluhur atau nenek moyang.
Kehadiran Marapu diwujudkan dalam berbagai bentuk benda, seperti tombak, emas, gading, gong, manik-manik dan lain sebagainya. Di samping para leluhur dijadikan objek penyembahan, ada kampong-kampung tertentu yang menyembah binatang-binatang tertentu, dan yang pada dasarnya mewujudkan Marapu. Binatang-binatang tersebut seperti ular, buaya, anjing, dan lain sebagainya.
Marapu dipandang sebagai perantara antara Sang Pencipta dan manusia. Sang Marapu inilah yang menyampaikan permohonan kepada Sang Pencipta dan Sang Pencipta menjawabnya melalui Marapu (dalam konsep modern disebut animisme). Bagi masyarakat Sumba, Marapu menjadi falsafah hidup bagi berbagai ungkapan budaya Sumba. Mulai dari upacara-upacara adat, rumah-rumah ibadat (umaratu), rumah-rumah adat dan tata cara rancang bangunannya, sampai kepada seluruh aspek kehidupan dan kegiatan orang Sumba.
Marapu merupakan tata nilai mendasar yang dipegang dan dianut oleh masyarakat Sumba. Tidak berbeda dengan sistem kepercayaan umumnya Marapu mempunyai dua peranan penting dalam kehidupan masyarakat Sumba.
Pertama, Marapu berperan sebagai pedoman hidup, tingkah dan laku masyarakat Sumba. Marapu sendiri mempunyai aturan-aturan atau hukum. Aturan-aturan tersebut dapat didefinisikan sebagai ”pedoman untuk berprilaku menurut tata-cara Marapu”. Aturan-aturan itu tidak hanya bertalian dengan akal budi dan pengertian manusia saja, melainkan dengan seluruh pola kehidupannya. Sebagai sistem kepercayaan yang mempunyai aturan-aturan, sampai dengan saat ini masih dapat diterima karena keseluruhan tata nilai diarahkan pada kebaikan kehidupan manusia.
Kedua, Marapu berperan sebagai ‘penolong’. Artinya ketika manusia (masyarakat Sumba) mampu untuk menjalankan aturan-aturan dalam Marapu maka ia akan selamat. Selamat dimaksudkan dengan (1). Berhasil dalam segala usahanya  didunia, pertanian, peternakan dll. (2). Akan dilindungi oleh Sang  Pencipta melalui roh nenek moyang dalam segala malapetaka. (3)  ketika meniggal setelah rohnya melayang-layang diangkasa rohnya  akan masuk pada langit kedelapan (Surga).
Untuk lebih jelasnya orang Sumba memandang alam semesta dalam  gambaran ‘walu danu awangu, pucu danu lauri’ (delapan lapis langit  dan tujuh lapis bumi. Lapisan-lapisan bumi dihuni oleh roh jahat,  susunannya dari terjahat (lapisan I) hingga terbaik, yaitu hunian  manusia (lapisan 7). Sedangkan lapisan langit dihuni oleh roh baik dari susunan roh kurang baik (lapisan 1) hingga roh paling baik yaitu  surga (lapisan 8).
Pemahaman ini sangat mempengaruhi pola-pola tindakan masyarakat Sumba akhirnya. Salah satu contohnya adalah upacara kematian. Upacara kematian dirayakan dengan menyembelih korban seperti kerbau, kuda, sapi, babi dll, kemudian dimakamkan sebagai jamuan upacara kematian. Mayat dikubur dengan pakaian lengkap, dengan tumpukan kain sarung serta perhiasan sperti, mas maupun perak. Hal ini dilakukan oleh masyarakat Sumba dengan harapan bahwa korban yang berupa, kain sarung, serta perhiasan, merupakan bekal bagi roh yang meninggal dalam perjalanan dari langit lapisan pertama hinggan langit lapisan kedelapan (Surga).


Mengenal Jenis-jenis Kopi Di Indonesia

Setelah mengetahui manfaat dari meminum kopi tidak ada salahnya kita mengetahui sedikit tentang jenis-jenis kopi. Banyak jenis kopi yang sudah beredar di masyarakat, tetapi yang paling terkenal adalah jenis kopi arabika dan kopi robusta.
Kopi Arabika
adalah kopi tradisional, dan dianggap paling enak rasanya. Kopi yang berasal dari Etiopia ini sekarang sudah dibudidayakan di Indonesia.
Dengan ciri-ciri memiliki variasi rasa yang lebih beragam, dari rasa manis dan lembut atau halus hingga rasa kuat dan tajam.
kopi Arabika juga memiliki aroma sedap yang sekilas mirip percampuran bunga dan buah. Kopi Arabika memiliki bodi atau rasa kental saat disesap di mulut. Kopi ini juga terkenal rasanya yang pahit.
Pohon Kopi Arabika secara umum hidup di daerah yang sejuk dan dingin dengan ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26 oC. Butuh waktu 9 bulan untuk proses dari berbunga hingga menjadi buah. Jumlah biji kopi yang dihasilkan lebih rendah. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap.
Kopi Robusta
Kopi Robusta lebih murah dari pada kopi Arabika. Rasa kopi robusta kurang enak dan lebih banyak caffein dari pada Arabika.Kopi Robusta pertama kalinya ditemukan di Kongo dan saat ini sudah banyak dikembangkan di Asia Tenggara, Afrika Barat, Afrika Tengah, dan Amerika Selatan. Pengolahan Kopi Robusta lebih mudah dibanding Kopi Arabika.
Kopi Robusta memiliki rasa yang lebih seperti cokelat, lebih pahit, dan sedikit asam. Bau yang dihasilkan khas dan manis. Warna kopi jenis ini bervariasi sesuai dengan cara pengolahannya. Memiliki tekstur kopi yang lebih kasar dari kopi arabika.
Pohon Kopi Robusta tumbuh di daratan rendah dan dapat ditumbuh pada ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Pohon kopi robusta lebih rentan diserang hama dan penyakit. Berbuah di suhu udara yang lebih hangat. Pohon kopi ini memerlukan waktu 10 sampai 11 bulan untuk proses pembuahan dari bunga hingga menjadi buah. Jumlah biji kopi yang dihasilkan lebih tinggi dari kopi Arabika


Jenis Kopi yang Paling Digemari

Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, tak heran bila kopi di sini sangat beragam mudah didapat dan banyak penggemarnya. Setiap daerah di Indonesia memiliki kopi tersendiri dengan karakteristiknya yang unik.Minum kopi sebenarnya telah lama menjadi tradisi turun menurun di Indonesia yang belakangan ini menjadi gaya hidup kaum urban dengan munculnya banyak kedai kopi modern. Tempat pecinta kopi berkumpul untuk sekadar menikmati kopi atau hangout bersama teman. Sejak dulu kopi sudah menjadi minuman khas bagi masyarakat Indonesia. Lalu dengan beragam tekstur dan citarasa kopi yang tersedia, sebenarnya jenis kopi seperti apa yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia itu sendiri? Sebelumnya kita perlu mengetahui kopi memiliki dua jenis, yaitu arabika dan robusta. Menurut Chef dan Barista Ron Prasanto bahwa karakteristik kedua jenis kopi ini sangat berbeda, arabica lebih membutuhkan banyak tahapan dan harganya pun lebih mahal, sedangkan robusta prosesnya lebih sederhana, murah dan gampang ditemukan.Perbedaan karakteristik kopi arabika dan robusta terletak pada rasa dan teksturnya. Arabika memiliki karakter rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi robusta. Selain itu kopi arabika juga memiliki tekstur yang lebih kental dan halus. Sedangkan kopi robusta memiliki rasa yang mirip dengan cokelat, aroma yang dihasilkan khas serta memiliki tekstur yang kasar."Biasanya para ahli kopi atau barista itu menyebut arabika itu perempuan dan robusta itu laki-laki. Sebab kopi jenis arabika lebih butuh ketelatenan dalam proses pembuatannya," urai Ron Prasanto.Lebih lanjut Ron Prasanto mengungkapkan dalam bincang-bincang mengenai kopi di acara launching Philips Saeco, bahwa orang Indonesia lebih gemar dengan kopi yang memiliki rasa pahit ketimbang asam."Kebanyakan orang Indonesia memiliki pandangan bahwa kopi itu pahit, maka kebanyakan dari orang Indonesia lebih suka robusta dari pada arabika."


Klasifikasi Dan Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata Linn)
 
Saat ini di Indonesia dikenal dua kultivar sirsak yang berbeda rasanya, yaitu sirsak yang rasanya manis asam dan banyak bijinya, jenis ini tersebar luas dalam jumlah besar. Kedua adalah sirsakyang rasanya manis, lengket di lidah dan bijinya sedikit, jenis ini dikenal dengan sebutan sirsak ratu karena ditemukan di Pelabuhan ratu dan baru dikembangkan dalam jumlah kecil di daerah Sukabumi dan sekitarnya. Buah sirsak termasuk buah semu, daging buah lunak atau lembek, berwarna putih, berserat, berbiji hitam pipih. Kulitnya berduri, tangkai buah menguning, aromanya harum, dan rasanya manis agak asam.Buah sirsak yang normal dan sudah cukup tua / matang mempunyai berat ± 500 gr, warna kulit agak terang, hijau agak kekuningan dan mengkilap. Bentuk buah bagian ujung agak membulat dengan diameter ± 5 cm, diameter bagian tengah ± 7 cm, serta panjang buah ± 17 cm. Kerapatan duri maksimal 2- 3 buah per 4 cm (diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang), kekerasan daging buah empuk merata, rasa manis atau manis asam segar dan beraroma khas.
Sirsak (Annona muricata Linn) berasal dari Amerika Selatan. Tanaman sirsak dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Species : Annona muricata Linn

Berbagai manfaat sirsak untuk terapi antara lain pengobatan batu empedu, antisembelit, asam urat dan meningkatkan nafsu makan. Dengan mengkonsumsi buah sirsak dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses penuaan (sebagai obat agar awet muda). Selain itu, kandungan seratnya juga berfungsi untuk memperlancar pencernaan, terutama untuk pengobatan sembelit. Sari buah sirsak di dalam sistem pencernaan akan meningkatkan rangsangan nafsu makan. Kegunaan lain dari sari buah ini adalah untuk pengobatan pinggang pegal dan nyeri, penyakit kandung air seni dan wasir (ambeien).
Daun sirsak juga sering digunakan sebagai bahan obat tradisional, antara lain untuk pengobatan sakit pinggang. Caranya : 20 lembar daun sirsak direbus dalam 5 gelas air. Didihkan hingga airnya tinggal 3 gelas. Setelah cukup dingin, diminum 1 kali sehari sebanyak ¾ gelas. Sedangkan daun yang masih muda dapat dipakai untuk mengobati bisul. Caranya : siapkan daun sirsak muda secukupnya, kemudian tumbuk halus dan tambah air sedikit sambil diaduk merata. Tempelkan bahan tersebut pada bisul.


MACAM – MACAM PESTISIDA NABATI/ALAMI DAN CARA PEMBUATANNYA

Seperti yang sudah pernah saya ulas dalam web-blog saya yang lalu tentang pestisida Nabati/alami,  disini saya akan menambahkan tentang macam-macam pestisida nabati/alami yang dapat dipilih dan dipakai oleh para petani/pehobis untuk menanggulangi pengendalian hama penyakit tanamannya.   Disini tergantung dengan sumber bahan dasar yang ada di wilayah masing-masing sehingga akan lebih mudah dan biaya pembuatannya pun semakin  murah.
Macam – macam Pestisida Nabati/Alami
1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif  “Papain”,  sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.
Cara Pembuatannya:
- 1 kg daun pepaya segar di rajang
-  Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air,  2 sendok makan minyak      tanah,  30 gr detergen, diamkan semalam.
- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
- Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
2.  Pestisida Nabati  “Biji Jarak”
Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” ,  efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ),  Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).
Cara Pembuatannya:
- Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.
- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.
- Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman.
3. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak “
Daun sirsak mengandung bahan aktif  “Annonain dan Resin “.  Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak.
- Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
- Saring dengan kain halus
- Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
-  Siap disemprotkan ke tanaman.
4.  Pestisida Nabati ” Daun Sirsak  dan Jeringau “
Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “.
Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk  halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih.
- Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam.
- Saring dengan kain halus.
- Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air
- siap di semprotkan ke tanaman.
5.  Pestisida Nabati ” Pacar Cina “
Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin,  dan tanin.  Efektif untuk mengendalikan ” Hama ulat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen  kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk  agar menjadi larutan.
- saring dengan  kain halus.
- siap disemprotkan ke tanaman.
6.  Pestisida Nabati ” Rendaman Daun Tembakau “
Daun tembakau mengandung  nikotin.  Efektif untuk mengendalikan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam.
- Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.
-  Siap disemprotkan ke tanaman.
7.  Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “
Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai.
- Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata.
- Saring dengan kain halus
- Siap disemprotkan ke tanaman.
8.  Pestisida Nabati ” Umbi Gadung “
Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus.
- Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman.
9.  Pestisida Nabati ” Daun Mimba “
Daun mimba mengandung  Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol.  Efektif  mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll.
Cara pembuatan
a. Dengan ” Biji Mimba “
- Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba
- rendam dalam 10 liter air semalam
- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman.
b. Dengan ” Daun Mimba “
- Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.
- Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
c. Untuk mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau.
d. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter.  Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman.
10.  Pestisida Nabati ” Srikaya dan Nona Seberang “
Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin.  Efektif  untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang
- Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.
11.  Pestisida Nabati “  Daun Gamal “
Daun gamal mengandung Tanin.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida.  Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.
12.  Pestisida  Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.
Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring  dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.
13.  Pestisida Nabati “Serbuk Bunga Piretrum “
Serbuk bunga piretrum mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk mengendalikan ulat.
Cara Pembuatan
- Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air
- tambah 10 gr detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman.
Nah selamat mencoba ……  !!!  semoga bermanfaat …….!!!



INSEKTISIDA ALAMI ATAU PESTISIDA NABATI

Seperti halnya dengan manusia, tanaman juga akan mengalami sakit atau terserang hama maupun penyakit, bila kondisi fisiknya tidak baik. Dikarenakan adanya perubahan iklim /cuaca atau memang sejak awal menggunakan benih /bibit yang tidak baik jadi mudah terserang , bisa juga dari kondisi tanahnya, dan lain-lain.
Banyak kendala-kendala yang mempengaruhinya. Untuk mengatasinya tentu saja dapat menggunakan obat-obatan yang pilihannya banyak di pasaran. Tergantung dari tanamannya menderita apa dan kejelian serta kecerdasan kita untuk dapat memulihkan tanaman agar dapat sehat kembali.
Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu menggunakan “BAHAN-BAHAN ALAMI” untuk mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman , tanpa harus mematikannya, sehingga siklus EKOSISTEM masih tetap terjaga. Adapun bahan-bahan INSEKTISIDA ALAMI itu adalah sebagai berikut: Tembakau, Kenikir, Pandan, Kemangi, Cabe Rawit, Kunyit , Bawang Putih, Gadung , Sereh dan masih banyak lagi yang dapat di pakai sebagai bahan-bahan pembuat insektisida alami . Bila melihat bahan-bahan tersebut , semua ada di lingkungan kita, mudah di dapat dan murah, yang pasti juga aman karena tidak beracun.


Berikut “ RESEP “ pembuatan Insektisida Alami untuk menghilangkan hama kutu dan ulat pada tanaman.:
Bahan:
Tembakau 100gr 
Kenikir 100gr
Pandan 100gr
Kemangi 100gr
Cabe rawit 100gr
Kunyit 100 gr
Bawang Putih 100gr
Aquadestilata 1 lt
Decomposer BSA (mikro organisme pengurai) 1-2 cc
Gula pasir 2 sendok makan.
Cara Pembuatan :
Semua bahan di blender dan di tambah 1lt air suling
Masukkan ke dalam botol yang steril
Tambahkan gula pasir 2 sdm
Tambahkan Decomposer BSA 1-2 cc
Tutup dan biarkan 1 minggu supaya terjadi fermentasi
Kemudian di saring.
Siap dipergunakan
Pengaplikasian /dosis pemakaian:
60 cc untuk 1 lt air
Disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya
1 minggu 1 kali
Pencairan 1lt harus habis 1kali pemakaian.
Untuk tanaman padi, hama yang terkenal menyerang tanaman padi adalah HAMAKRESEK, HAMA PENGGEREK BATANG, HAMA WERENG. Masyarakat Paguyuban Petani Organik Purwakarta untuk mengatasi ini mereka membuat bakteri CORYNE BACTERIUM dengan cara merebus AIR KENTANG sebanyak 20 liter ditambah GULA dan DECOMPOSER BSA. Bakteri “ Coryne bacterium” dapat melawan“Xanthomonas campestris pv oryzae “ (bakteri penyebab penyakit kresek). Bakteri Coryne ini mempunyai sifat “Pathogen”, dapat menekan serangan , dan mengurangi kerusakan lebih dari 80%. Untuk menumpas hama penggerek batang yang diperlukan adalah bakteri Tryclogramma spp(agen hayati parasitoid). Dan untuk jamur tumbuhan di pakai bakteri Trychoderma sp. Sedangkan untuk menekan populasi hama wereng batang coklat laba-laba dan kumbang dibiarkan hidup untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Nah, itu tadi contoh Masyarakat Paguyuban Petani Organik Purwakarta dalam menangani masalah hama dan penyakit tanaman pada tanaman padi dengan menggunakan insektida alami ataupun pestisida nabati.
Mereka memperoleh keuntungan dari musim tanam ke musim tanam berikutnya :
Produksi padi yang terus meningkat bisa mencapai 7-8 ton /ha
Ongkos produksi yang menurun sekitar Rp1juta-Rp 2 juta/ha dibandingkan dengan pertanian anorganik yang mencapai Rp 3 juta – Rp 4 juta/ha.
Dapat tetap menjaga kualitas tanah , air dan lingkungan, karena mereka dapat menggantikan pupuk kimia dengan organik sebagai contoh: Urea, SP 36 dan NPK dapat diganti dengan jerami, pohon pisang , serbuk gergaji, sekam dan kotoran hewan. Untuk dosisnya tergantung dari kondisi tanahnya karena di dalamnya sudah ada kandungan Na, K, P dan S.
Tahan terhadap hama dan penyakit
Macam – macam Pestisida Nabati/Alami
1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif  “Papain”,  sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.
Cara Pembuatannya:
- 1 kg daun pepaya segar di rajang
-  Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air,  2 sendok makan minyak      tanah,  30 gr detergen, diamkan semalam.
- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
- Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
2.  Pestisida Nabati  “Biji Jarak”
Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” ,  efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ),  Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).
Cara Pembuatannya:
- Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.
- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.
- Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman.
3. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak “
Daun sirsak mengandung bahan aktif  “Annonain dan Resin “.  Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak.
- Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
- Saring dengan kain halus
- Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
-  Siap disemprotkan ke tanaman.
4.  Pestisida Nabati ” Daun Sirsak  dan Jeringau “
Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “.
Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk  halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih.
- Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam.
- Saring dengan kain halus.
- Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air
- siap di semprotkan ke tanaman.
5.  Pestisida Nabati ” Pacar Cina “
Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin,  dan tanin.  Efektif untuk mengendalikan ” Hama ulat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen  kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk  agar menjadi larutan.
- saring dengan  kain halus.
- siap disemprotkan ke tanaman.
6.  Pestisida Nabati ” Rendaman Daun Tembakau “
Daun tembakau mengandung  nikotin.  Efektif untuk mengendalikan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam.
- Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.
-  Siap disemprotkan ke tanaman.
7.  Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “
Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai.
- Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata.
- Saring dengan kain halus
- Siap disemprotkan ke tanaman.
8.  Pestisida Nabati ” Umbi Gadung “
Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus.
- Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman.
9.  Pestisida Nabati ” Daun Mimba “
Daun mimba mengandung  Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol.  Efektif  mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll.
Cara pembuatan
a. Dengan ” Biji Mimba “
- Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba
- rendam dalam 10 liter air semalam
- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman.
b. Dengan ” Daun Mimba “
- Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.
- Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
c. Untuk mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau.
d. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter.  Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman.
10.  Pestisida Nabati ” Srikaya dan Nona Seberang “
Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin.  Efektif  untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang
- Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.
11.  Pestisida Nabati “  Daun Gamal “
Daun gamal mengandung Tanin.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida.  Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.
12.  Pestisida  Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.
Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring  dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.
13.  Pestisida Nabati “Serbuk Bunga Piretrum “
Serbuk bunga piretrum mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk mengendalikan ulat.
Cara Pembuatan
- Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air
- tambah 10 gr detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman.
Nah selamat mencoba ……  !!!  semoga bermanfaat …….!!!



Gambar: 
Dalam komponen teknologi unggulan Pengelolaan Tanaman Terpadu yang sangat diperhatikan adalah bagaimana tanaman dapat tumbuh dengan sehat. Sehingga tanaman tersebut menjadi tidak mudah sakit atau tahan terhadap serangan hama. Dan penggunaan pestisida kimia menjadi alternatif yang paling akhir, jika komponen yang lain sudah tidak mampu menanggulangi kerusakan, atau sudah masuk ambang ekonomis untuk digunakan.Hal ini menjadi pemikiran kita adalah bagaimana kita membuat pestisida yang aman bagi tanaman, tanah, dan jasad hidup yang menguntungkan. Jawabanya adalah kita kembali ke alam atau membuat/ meramu pestisida alami.Mengapa harus Pestisida Alami?Pestisida Alami atau merupakan ramuan pestisida dari bahan alami. Keuntungan dari penggunaan pestisida alami adalah keamanannya bagi lingkungan, manusia, maupun makhluk hidup tidak berbahaya yang kadang membantu dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman tanpa mengurangi fungsinya sebagai pestisida yang efektif mengendalikan organisme pengganggu tanaman.Keuntungan lainnya adalah bahwa bahan-bahan yang dibutuhkan biasanya mudah didapat disekitar kita dengan biaya yang jauh lebih hemat. Sedangkan cara pembuatannyapun sangat mudah dand apat dilakukan sendiri dengan mengikuti petunjuk yang diberikan. Bahan dan Alat yang diperlukanBahan dan alat yang perlukan adalah sebagai berikut :1. EM-4 sebanyak 300 cc2. Molases (tetes tebu) sebanyak 300 cc3. Air 10 lt4. drum plastik sebagai tempat untuk fermentasi5. Tanaman obat atau tanaman yang memiliki bau khas atau keras seperti :- Dedaunan muda yang baik untuk tanaman obat atau dedaunan yang berbau keras seperti daun pepaya, daun mindi, daun nangka, daun jambu, daun kemangi, daun jeruk purut, daun markisa, dan daun beluntas.- Buah-buahan muda yang berasa asam atau berbau keras seperti jambu batu, mangga, pepaya, jeruk nipis, jeruk limo atau jeruk purut, pisang muda.- Tanaman rempah dan bumbu dapur seperti bawang putih, cabai rawit, jahe, lengkuas, kunir, dan sejenisnya.- Tembakau dan rerumputan penggangguTahapan PembuatanBerikut ini tahapan pembuatan ekstrak tanaman :1. Siapkan drum plastik atau ember untuk tepat fermentasi bahan. Tempatkan saringan plastik di dalam drum.2. Racik dan potong (bisa juga ditumbuk) bahan yang akan dimasukkan hingga ukurannya menjadi lebih kecil.3. Masukkan semua bahan yang telah dipotong ke dalam drum plastik yang telah disediakan hingga penuh, tetapi jangan dipadatkan.4. Campurkan air dan molases, masing-masing sebanyak 10 lt dan 300 cc. Aduk campuran tersebut hingga merata.5. Tambahkan EM4 sebanyak 300 cc ke dalam larutan air dan molases, kemudian aduk hingga merata.6. Tuangkan larutan molases dan EM-4 ke dalam drum yang telah diisi bahan hingga semua bahan terendam.7. Bagian atas bahan diberi pemberat, kemudian drum ditutup rapat-rapat.8. Ekstrak tanaman baru dapat digunakan setelah 10 hari.9. Ekstrak tanaman disaring atau diambil cairannya dan dapat disimpan dalam botol. Ekstrak ini hanya bertahan selama 1 bulan.Faktor yang perlu diingat adalah bahan yang digunakan dalam fermentasi ini harus dalam keadaan segar dan memiliki nilai medis. Penggunaan jenis rerumputan yang bertahan hidup seperti jenis kacang-kacangan sangat dianjurkan karena akan memberikan keragaman zat bioaktif dan mikroba.Komposisi bahan yang digunakan dapat disesuaikan dengan keinginan atau disesuaikan dengan ketersediaan bahan tersebut. Banyaknya jenis bahan yang digunakan tidak ditentukan, akan tetapi semakin banyak jenis bahan yang digunakan akan semakin baik.Sisa ekstrak tanaman yang telah jadi tidak perlu dibuang. Untuk melakukan proses selanjutnya cukup dengan menambahkan bahan-bahan baru saja ke dalam drum dan memulai proses yang sama. Penggunaan ulang bahan sisa hanya boleh dilakukan maksimal dua kali. Setelah itu harus diganti bahan yang baru dan sisa yang telah dipakai dapat dibenamkan ke dalam tanah sebagai kompos.Cara Pengaplikasian dan DosisCara penggunaan ekstrak tanaman ini adalah dengan mencampurkan 1cc ekstrak tanaman dengan 1 liter air. Larutan tersebut dapat disiramkan ke atas tanah di sekitar tanaman. Untuk pohon yang besar dapat disiramkan di batas daun bagian luar.Bahan lain dari Limbah dapurSelain bahan dari tanaman, buah atau rempah-rempah, pestisida alami dapat juga dibuat dari limbah dapur. Cara pembuatannya hampir sama akan tetapi bahan yang digunakan berbeda yaitu berasal dari limbah dapur yang telah dipisahkan dengan bahan keras dan anorganik. Selain itu pembuatannya cukup memerlukan waktu untuk fermentasi selama satu malam. Penggunaannya setiap 20 cc hasil fermentasi dilarutkan dalam air sebanyak 20 liter.(Dwi Jayanto, SP PP Muda BKPP Keb. Pekalongan)




PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Pada saat ini banyak orang menyadari tentang penggunaan pestisida dalam pertanian. Dengan pestisida kimia tersebut justru mengakibatkan munculnya biotype hama yang baru dan kebal, matinya serangga-serangga yang membantu petani, pencemaran lingkungan dan menimbulkan keracunan pestisida. Dalam pertanian tradisional dulu telah dilakukan pula pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alamiah, petani telah mengenal jenis-jenis tumbuhan tertentu yang dapat digunakan untuk menekan populasi hama dan penyakit tanama.

MANFAAT/KEGUNAAN PESTISIDA ORGANIK
Daya kerjanya selektif, hanya mematikan jenis-jenis serangga tertentu. Sehingga keseimbangan alam tetap terjaga.
Residu cepat terurai sehingga tidak meracuni hasil pertanian
Tidak mengakibatkan pencemaran air, udara maupun tanah
Serangga-serangga berguna (predator dan parasit hama) tidak ikut musnah
Tidak menimbulkan kekebalan pada serangga hama
Mudah karena bahan dapat dibuat dari sumber daya yang ada di sekitar kita dan dapat dibuat sendiri oleh petani.
Berikut adalah beberapa cara pembuatan pestisida alamiah sebagai salah satu usaha untuk menekan dan mengendalikan populasi hama dan penyakit tanaman: 
LARUTAN CUKA 
 Bahan yang diperlukan: 0,5 liter air hangat, 15-20 cc cuka dapur dan 1 sendok makan oli bersih.
Cara pembuatan : Masukan air hangat pada kaleng atau tempat lain, usahakan tempat tersebut tidak berkarat, lalu masukan cuka dan oli ke dalamnya, aduk sampai rata, tutup selama 5 menit kemudian dibuka dan dibiarkan sampai dingin, kemudian tutup kembali dan simpan selama kurang lebih 2 minggu di tempat yang kering dan terhindar dari cahaya langsung.
Dosis pemakaian 20 cc/liter air, mulai diberikan pada tanaman yang telah berumur 1 bulan setelah tanam.
Catatan:
Larutan cuka diberikan kepada tanaman selama 1 minggu 3 kali, untuk selanjutnya dilihat situasi dan kondisi.
Larutan cuka hanya dapat memberantas hama tanaman, seperti ulat atau hama lain yang bentuknya kecil.
Larutan cuka juga termasuk semi kontak, artinya hama yang terkena semprotan larutan ini tidak langsung mati.
 MINYAK JERUK
  
Mengandung limonene dan linalool yang bisa memabukkan serangga. Zat tersebut dapat memabukkan serangga dan mampu merusak sistem syaraf serangga yang menyebabkan serangga teler, terutama untuk ulat pemakan daun, kumbang kolorado, aphid dan mite. Pada musang menyebabkan tremor dan keluarnya air liur yang berlebihan.
Cara Membuat Larutan: Kulit satu butir jeruk direbus dengan air satu pint (0,568 liter) air, kemudian biarkan semalam. Setelah 24 jam larutan dipisahkan dengan kulit jeruk, di saring, baru digunakan.
KENIKIR (MARIGOLD)
Dapat digunakan untuk membunuh nematoda akar. Cara pembuatannya Bunga kenikir diseduh pakai air panas, didiamkan sampai dingin, baru di siramkan ke dalam tanah yang diduga terdapat nematoda akar.
LARUTAN AKAR WORTEL
Mengendalikan kumbang pada buncis dan aphid pada kacang tanah. Cara Pembuatan: Ambillah sejumput akar, di cacah, kemudian dicampur dengan 0,25 gelas air hangat dan didiamkan semalam. Keesokan harinya semua disaring dan ditambahkan satu sendok teh minyak sayur serta semprotkan pada tanaman kacang yang terkena hama tersebut di atas.
LARUTAN CABAI
Efektif untuk membasmi semut, root maggots dan serangga yang berukuran kecil. Cara Pembuatan: Segenggam cabai di blender dengan 1 liter air sampai halus, kemudian disaring sebelum digunakan. Catatan: Campuran larutan cabai dan bawang putih dapat mencegah datangnya kumbang pemakan daun, sebab aroma yang ditimbulkannya mampu mengacaukan indera penciuman serangga tersebut.
LARUTAN TOMAT
Larutan pestisida dari daun tomat dapat mengendalikan beberapa ulat sekaligus, tetapi tidak efektif untuk ulat pemotong daun dan ulat tentara. Namun perlu diperhatikan, penggunaan larutan yang terlalu pekat dapat mengakibatkan predator yang memangsa cacing ikut mati. Dan jangan menyemprotkan larutan daun tomat pada tanaman kentang, terung atau cabai secara berlebihan, karena dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
Cara Pembuatan: Satu cangkir potongan daun tomat direndam semalam dengan 2 cangkir air. Saring dan untuk mengencerkannya ditambahkan lagi air paling sedikit 2 cangkir.
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba ..................................................................... 


Pestisida Nabati BAB 1 PENDAHULUAN1.1  Latar BelakangSeperti halnya manusia tanaman juga dapat mengalami sakit atau terserang oleh hama dan penyakit jika kondisi fisik dari tanaman tersebut sedang tidak baik. Oleh karena itu diperlukanlah obat yang mampu mencegah terjadinya hama dan penyakit tersebut. Namun kebanyakan dari petani saat ini masih banyak yang menggunakan pestisida buatan (kimia) yang justru dapat menimbulkan berbagai masalah baru di dunia pertanian. Seperti pencemaran terhadap lingkungan (tanah dan air), memicu timbulnya ledakan opt yang lebih besar, imunitas hama, dll maka diperlukanlah kebijakan perlindungan tanaman atau pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mengacu pada konsep pengendalian hama terpad (PHT). Konsep ini memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang harus memenuhi persyaratan keamanan/ramah lingkungan dan efektif tanpa adanya efek samping serta dapat menjamin pertanian berkelanjutan. Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia.Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida.Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain: murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain dan menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu : 1) merusak perkembangan telur, larva dan pupa; 2) menghambat pergantian kulit; 3) mengganggu komunikasi serangga; 4) menyebabkan serangga menolak makan; 5) menghambat reproduksi serangga betina; 6) mengurangi nafsu makan; 7) memblokir kemampuan makan serangga; 8) mengusir serangga; 9) menghambat perkembangan patogen penyakit. 1.2  Tujuan1. Untuk mengetahui beberapa jenis pestisida nabati.2.  Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati yang baik dan benar                  serta pengaplikasiannya terhadap jenis OPT.                 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKAPestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama serangga (Thamrin, 2003).Secara ekonomis, maka biaya pestisida nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih ringan dibanding pestisida sintetis, di mana harga pestisida sintetis di era sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar kita. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai keistemewaan yang bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh, maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan, sehingga kerasakan lingkungan yang diakibatkannyapun diharapkan dapat dikurangi dan waktunya kerasakan lingkungan dapat diperlambat pula. Kegunaan Pemakaian Pestisida Nabati : Untuk meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat mengurangi kerasakan lingkungan; Untuk mengurangi biaya usahatani yang mana bahan pestisida nabati mudah didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun khususnya para petani; Tidak membahayakan kesehatan bagi manusia dan ternak peliharaan (Anonim,2010)            Tumbuhan yang berasal dari alam yang potensial sebagai sumber insektisida, umumnya mempunyai karaketristik rasa pahit ( mengandung alkaloid dan terpen), berbau busuk, dan berasa agak pedas. Tumbuhan tersebut jarang atau tidak pernah diserang oleh hama dan banyak di gunakan petani sebagai ekstrak pestisida hayati dalam pertanian organik (Hasyim et al, 2010).            Penggunaan pestisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama. Insektidida nabati relatif mudah didapat, aman terhadap hewan bukan sasaran, dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pengaruh samping ( Kardinan, 2002 dalam Tohir, 2010).Salah satu tanaman yang emiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati yaitu sirsak. Bagian dari sirsak yang digunakan adalah daun dan biji. Daun sirsak mengandung senyawa asetogenin antara lain simisin, bulatacin, dan squarnosin. Di samping itu daun, biji, akar dan buahnya yang mentah juga mengandung senyawa kimia annonain (Mulyaman, dkk, 2000 dalam Tenrirawe dan Pabbage, 2007). Selain itu Kardinan (2005) menambahkan daun dan biji sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repellent (penolak serangga) dan antifeedent (penghambat makan) dengan cara menghaluskan daun dan biji, kemudian dicampur dengan pelarut. Cara kerjanya sebagai racun kontak dan perut. Ekstrak daun sirsak dapat digunakan untuk mengendalikan belalang dan hama lain seperti wereng.Sedangkan pada fungisida alami dapat dikembangkan dari tumbuhan diantaranya adalah daun cengkeh, sirih, ruku – ruku dan serai wangi. Hasil penelitian Pasya (1997) dalam Chatri, dkk (2008), ektrak daun serai wangimampu menekan serangan jamur S. Rolfsiipada konsentrasi 0,1 %. Selain tanaman tersebut diatas, menurut Kardinan (2004), ada jenis tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebgai fungisida alami, sperti nimba (Azadirachta indica). Daun dan biji nimba mengandung berbagai senyawa kimia, sperti fenol, quinon, alkaloid dan substansi nitrogen lain, serta asam – asam dan terpen. Senyawa ynag diyakini sebagai bioaktif pestisida nabati adalah nimbin, plavonoid, thioriemun, meliantriol, azadirachtin dan salanin, yang merupakan senyawa kimia dari kelompok terpen (Rukmana, 2002 dalam Chatri, dkk, 2008).    BAB 3. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu      Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Hama. Dan pada waktu hari Kamis tanggal 24 November 2012. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Jember. 3.2 Alat dan Bahan1. Ekstrak Nimba3.2.1 Alat1. penumbuk/penghalus2. Baskom/ember, Sprayer3.2.1 Bahan1. Air 1 liter2. Alcohol 70%3. Biji nimba 50 gr 3.3 Metode1. Menumbuk biji nimba sampai halus dan diaduk dengan alkohol2. Mengencerkan dengan 1 liter air3. Mengendapkan larutan semalam kemudian disaring4. Mengaplikasikan larutan ke tanaman5. Serangga akan mati selama 2-3 hari 2. Ekstrak Daun Sirsak3.2.1 Alat1. penumbuk/penghalus2. Baskom/ember, Sprayer3.2.1 Bahan1. 50 lembar daun sirsak2. Satu genggam (100 gram) rimpang jaringau3. Satu siung bawang putih4. Sabun colek 20 gram 3.3 Metode1. Menghaluskan daun sirsak, jaringau, dan bawang putih2. Mencampur seluruh bahan dan direndam dengan air selama 2 hari3. Menyaring larutan4. Mengaplikasikan 1 liter larutan dicampur dengan 10-15 liter air5. Mengaplikasikan larutan 3. Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)3.2.1 Alat1. penumbuk/penghalus2. Baskom/ember, Sprayer3.2.1 Bahan1. 50 lembar daun sirih2. 5 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau3. 20 liter air4. Sabun colek 20 gram 3.3 Metode1. Menghaluskan daun sirih dan tembakau2. Mencampur bahan air dan diaduk hingga rata3. Mendiamkan bahan selama satu malam4. Menyaring larutan kemudian diencerkan (ditambahkan dengan 50-60 air)5. Mengaplikasikan larutan 4. Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serei)3.2.1 Alat1. penumbuk/penghalus2. Baskom/ember, Sprayer3.2.1 Bahan1. 8 kg daun nimba2. 6 kg lengkuas3. 6 kg serai4. Sabun colek 20 gram5. 20 liter air 3.3 Metode1. Menghaluskan daun nimba, serai dan lengkuas2. Melarutkan dengan air 20 liter3. Mendiamkan bahan selama satu malam4. Menyaring larutan kemudian diencerkan dengan 60 liter air5. Mengaplikasikan larutan untuk 1 ha lahan                 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil
Pestisida Nabati
Warna
Aroma
Endapan
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Ekstrak Nimba
Hijau Lumut
Hijau Muda
Hijau Muda
Menyengat
Sangat Menyengat
Menyengat sekali
Ada
Ada
Ada
Ekstrak Sirsak
Coklat kuning
Coklat
Coklat
Menyengat
Menyengat
Menyengat sekali
Tidak ada
Ada
Ada
Ekstrak Sirih dan Tembakau
Hijau tua
Hijau tua
Hijau tua
Menyengat
Agak menyengat
Agak menyengat
Tidak ada
Ada
Ada
Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai
Hijau
Hijau tua
Hijau muda
Menyengat
Agak menyengat
Menyengat sekali
Tidak ada
Ada
Ada
 4.2 PEMBAHASAN      Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu : 1) merusak perkembangan telur, larva dan pupa; 2) menghambat pergantian kulit; 3) mengganggu komunikasi serangga; 4) menyebabkan serangga menolak makan; 5) menghambat reproduksi serangga betina; 6) mengurangi nafsu makan; 7) memblokir kemampuan makan serangga; 8) mengusir serangga; 9) menghambat perkembangan patogen penyakit. Kelebihan Pestisida Nabati yaitu a.Degradasi/penguraian yang cepat oleh matahari sehingga mudah terurai menjadi bahan yang tidak berbahaya. b.Memiliki pengaruh yang cepat yaitu menurunkan nafsu makan serangga hama, walaupun jarang menyebabkan kematian c. Memiliki spektrum yang luas (racun lambung dan saraf) dan bersifat selektif d. Dapat diandalkan untuk mengendalikan OPT yang resisten terhadap pestisida kimia. e.Phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman f.Murah dan mudah dibuat oleh petani. Kekurangan Pestisida Nabati yaitu a.Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering. b.Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan serangga) c. Produksinya belum bisa dilakukan dalam sekala besar karena keterbatasan bahan baku d. Kurang praktis e.Tidak tahan di simpan.            Berdasarkan praktikum Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati ini dilakukan dengan membuat beberapa macam jenis pestisida dengan OPT sasarannya masing – masing. Adapun pestisida nabati tersebut yaitu Ekstrak nimba yang berfungsi untuk mengendalikan hama wereng batang coklat, penggerek batang serta nematoda, ekstrak daun sirsak dengan opt sasarannya yaitu wereng batang cokat, ekstrak sirtem (Sirih dan Tembakau) dengan OPT sasarannya adalah belalang dan ulat serta yang terakhir adalah ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas dan Serai) dengan OPT sasarannya yaitu hama atau penyakit secara umum. Dari hasil penagamatn yang telah dilakukan selama tiga hari dengan parameter yang diamati yaitu warna, aroma serta endapannya maka diperoleh hasil sebagai berikut pada ekstrak nimba dari pengamatan hari pertama hingga ketiga warna dari ekstrak tersebut adalah hijau lumut kemudian hijau muda dengan aroma yang semakin menyengat dengan semakin bertambahnnya hari. Sedangkan pada endapannya terlihat sudah terdapat endapan dari pengaatan hari pertama hingga terkahir. Pada ekstrak sirsak warna pada pengamatan hari pertama yaitu coklat kekuningan setelah hari kedua dan ketiga menjadi coklat. Dengan aroma yang semakin menyengat pada hari berikutnya, sedangkan pada endapannya pada hari pertama masih belum terlihat namun setelah hari kedua  dan ketiga sudah ada endapannya. Pada ekstrak Sirtem, tidak terjadi perubahan warna dengan aroma yang menyengat pada hari pertama namun hari 2 dan 3 menjadi agak menyengat. Sedangkan terdapat endapannya baru stelah pemngamatan hari kedua dan ketiga. Pada ekstrak belengse pada pengamatan hari pertama berwarna hijau kemudian seteleh pengamatan hari ke 2 dan 3 berubah menjadi hijau muda dengan aroma yang semakin menyengat pada hari terakhir. Sedangkan pada endapan terlihat setelah pengamatan ke 2 dan 3.Dari hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa rata – rata dari setiap ekstrak pestisida nabati tersebut memilki warna yang mayorita berwarna hijau namun ada satu yang berwarna coklat, hal ini nerkaitan dengan bahan – bahan yang digunakan sebgai pestisida tersebut memilki warna yang berbeda sehingga pada parameter warna juga terlihat ada yang berbeda. Sedangkan pada tingkat aroma yang ditimbulkan semua jenis pestisida yang dibuat memiliki aroma yang menyengat, sebab tumbuhan yang dapat digunakan sebagai alternatif pestisida nabati memilki aroma yang busuk yang berfungsi untuk mengusir OPT yang menyerang pertanaman. Sedangkan pada tingkat endapannya kemungkinan berhubungan dengan tingkat rasa dari pestisida tersebut sebab semakin pahit rasa pestisida maka akan semakin baik untuk mengendalikan OPTnya.           BAB 5. PENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu Pembuatan ekstrak pestisida nabati dapat disimpulkan bahwa pestisida merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi serangan OPT. Ekstrak pestisida nabati dibuat dari berbagai macam tumbuh – tumbuhan yang memilki karakteristik serta kandungan bahan kimia yang berbeda – beda yang berfungsi untuk mengendalikan OPT. Setiap jenis pestisida nabati memiliki OPT sasaran yang berbeda yaitu pada ektrak nimba OPT sasarannya adalah wereng batang coklat, penggerek batang, dan nematoda, ekstrak daun sirsak dengan opt sasarannya yaitu wereng batang cokat, ekstrak sirtem (Sirih dan Tembakau) dengan OPT sasarannya adalah belalang dan ulat serta yang terakhir adalah ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas dan Serai) dengan OPT sasarannya yaitu hama atau penyakit secara umum. 5.2 SaranPada praktikum kali ini untuk menghasilkan pestisida nabati yang berkualitas lebih baik ranting dari daun yang akan di gunakan untuk pestisida nabati di buang.selain itu praktikan harus bisa membedakan antara daun mindi dan daun mimba.          DAFTAR PUSTAKAAnonim,2010. Pembuatan Pestisida Nabati. http://www.shvoong.com. Diakses tanggal 01 Desember 2012. Chatri, M; Vauzia; dan Milla O. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Nimba (Azadira indica A juss) Untuk Menekan Pertumbuhan Jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Sainstek, 10(2): 192 – 195. Hasyim et al. 2010. Efikasi dan Persistensi Minyak Serai Sebagai Biopestisida terhadap Helicoverpa armigera Hubn. Hortikultura, 20(4): 377-386. Tenrirawe, A dan Pabbage. 2007. Pengendalian Penggerek Batang Jagung (Ostriania furnacalis G.) dengan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.). Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI 18. Thamrin. 2003. Pestisida Sintetik. Surabaya : Erlangga.Tohir, A. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (spodoptera litura Fabr.) Di Laboratorium. Teknik Pertanian, 15(1): 37 – 40. 

INDUSTRI NON KAYU
Sektor kehutanan telah lama memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi nasional negara yang sedang berkembang. Perum Perhutani sebagai salah satu badan usaha milik negara yang diberi wewenang sebagai pengelola tunggal hutan di Indonesia, khususnya pulau Jawa, secara konsisten telah berperan sebagai sumber pertumbuhan, lapangan kerja, dan penghasil devisa.
Pinus atau tusam (Pinus merkusii) merupakan salah satu hasil hutan andalan yang dikelola Perum Perhutani. Hutan pinus di Indonesia termasuk hutan yang potensial terutama di Jawa dan Sumatera. Peran dan manfaatnya semakin meningkat setelah ditetapkan sebagai salah satu jenis Hutan Tanaman Industri. Pengusahaan tanaman pinus di Jawa (oleh Perum Perhutani) merupakan andalan kedua setelah tanaman jati (Kasmudjo, 1997).
Salah satu kelebihan pinus ialah menghasilkan produk ganda, yaitu kayu dan getah pinus. Tanaman/pohon pinus menghasilkan kayu pinus yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Menurut Kartasurjana dan Martawijaya (1979 dalam Sukartana, 1997), jenis kayu ini cocok untuk bahan bangunan, kayu lapis, bahan pengepakan (pembungkus), batang korek api, pulp, papan gambar, dan pensil. Selain itu jenis kayu ini juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan sumpit, papan laminasi, dan barang kerajinan. Sementara itu getah pinus yang dihasilkan, digunakan untuk bahan baku gondorukem dan terpentin. Perum Perhutani sebagai pengelola tunggal hutan di Jawa telah memanfaatkan produk getah pinus dalam usahanya, sebelum pinus tersebut ditebang dengan melakukan penyadapan terlebih dahulu (Kasmudjo, 1997). Getah pinus diolah menjadi gondorukem dan terpentin di Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT).
Menurut Badan Standardisasi Nasional (2001 dalam SNI Gondorukem, 2001), gondorukem (Colophony) adalah padatan hasil penyulingan getah pinus (Pinus merkusii). Menurut Kermite (2004 dalam Jalidint, 2004), ada sekitar 2.000 bahan olahan yang membutuhkan campuran gondorukem, misalnya lem, kertas, bahan pembuat batik, kosmetik, dan masih banyak lagi kegunaan lain dari gondorukem.
Akhir-akhir ini kecenderungan permintaan gondorukem semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan bahan baku industri yang besar dan adanya pembangunan pabrik pengolah gondorukem. Menurut Kermite (2004 dalam Jalidint, 2004), belum dapat diperoleh data yang tepat mengenai kebutuhan dunia akan gondorukem, tetapi kebutuhan itu tidak akan berhenti.
Menurut Handadhari (2006), tingginya permintaan gondorukem tersebut, disebabkan oleh tingginya kualitas gondorukem Indonesia yang berasal dari pohon pinus jenis merkusii tersebut, yaitu keasamannya yang rendah dan kemampuannya menahan suhu tinggi, tingkat kelengketannya dan aromanya sangat disukai konsumen. Upaya optimalisasi yang dilakukan oleh Perum Perhutani agar dapat memenuhi permintaan konsumen adalah dengan menambah luas areal tanaman tegakan pinus serta perluasan bidang sadapan.
Produk gondorukem dan terpentin Jawa Tengah diminati oleh India dan Pakistan. Produk non kayu yang dihasilkan PT Perhutani Unit I Jateng ini merupakan bahan campuran yang biasanya digunakan oleh industri kertas, industri tekstil, dan industri kosmetik. Realisasi ekspor gondorukem Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah sampai dengan tahun 2004 tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Realisasi ekspor produk olahan non kayu sampai bulan Mei Tahun 2004 Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah
Tahun
Jenis Barang
Jumlah Devisa (USD)
Jumlah Volume (ton)
1999-2004
1999-2004
Gondorukem
Terpentin
53.410.083
8.790.180
127.312
25.071
1999-2004
Kopal
91.125
165
Sumber: Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, 2004.
Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Non Kayu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah bagian PGT Cimanggu dalam kegiatan usahanya seringkali menghadapi kendala antara lain kecenderungan permintaan produk yang meningkat, sedangkan penerimaan getah pinus naik turun. Selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir mulai dari tahun 1996 sampai dengan 2005 hasil produksi gondorukem di PGT Cimanggu berfluktuasi, hal tersebut disebabkan oleh naik turunnya jumlah pasokan getah pinus sebagai bahan baku gondorukem pada musim tertentu seperti ketika musim hujan datang. Pada musim hujan, tanaman pinus menghasilkan getah lebih sedikit dibandingkan dengan musim kemarau. Hal tersebut berpengaruh terhadap gondorukem yang dihasilkan. Di sisi lain, PGT Cimanggu harus memenuhi pesanan gondorukem dari para pembeli (buyer). Berdasarkan pada kondisi tersebut, peramalan produksi dan volume penjualan merupakan hal penting bagi PGT Cimanggu untuk memberikan gambaran tentang kemampuan PGT Cimanggu dalam memproduksi dan menjual di masa mendatang.
Setelah didapat gambaran tentang produksi dan volume penjualan di masa mendatang, maka dapat direncanakan produksi yang ekonomis, sehingga tidak terjadi volume produksi yang kurang atau terlalu besar (over production). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji masalah yang berhubungan dengan peramalan produksi dan volume penjualan serta jumlah produksi ekonomis, sehingga dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memproduksi dan menjual di masa mendatang.